Mudiklah untuk Bersilaturahmi
Lebaran udah semakin dekat, semakin
dekat ke waktu lebaran maka semakin ramai pula arus mudik di jalur udara maupun
di jalur darat.
Mudik di momen lebaran memang sudah
menjadi tradisi di Indonesia, hal ini karena memang momen lebaran menjadi momen
yang pas dan komplit untuk saling jumpa menyambung silaturahmi dan bermaaf-maafan
setelah lama tak berjumpa dengan sanak keluarga bahkan tetangga di sekitar
komplek rumah.
Oleh karena itu, mudik pun kadang
direncanakan dan dipersiapkan jauh-jauh hari bahkan dari beberapa bulan
sebelumnya terutama persiapan dari sisi material.
Memang, mudik di momen lebaran memang
sangat baik dilakukan jika memang benar untuk menyambung kembali silaturahmi yang sempat renggang bahkan putus, ada beberapa hadis yang mengatakan tentang
kebaikan dari menyambung silaturahmi.
Dari almanhaj.or.id, disebutkan dalam Shahîh
al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî yang artinya :
“Bahwasanya
ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah,
beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga
dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi
hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi
perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau
beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan
shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu
pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa
yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Selain itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ
أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang
siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Ini merupakan poin penting dari menyambung
silaturahmi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ
الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang
yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah
terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang
menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun
‘alaihi].
Hadis di atas menjelaskan bahwa yang penting
dalam menyambung silaturahmi adalah kepada mereka yang sudah terputus hubungan
silaturahminya, bukan kepada mereka yang memang sudah sering berjumpa dengan
kita.
Hadis yang ini bahkan lebih tegas lagi. Dari Jubair bin Mut’im
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidaklah
masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali silaturahmi)”.
[Mutafaqun ‘alaihi].
Baca Juga : Agar THR Jadi Berkah
Demikian berbagai hadis yang bisa
menjadi patokan betapa pentingnya menyambung silaturahmi saat mudik, namun
anehnya terkadang kebaikan dari kebiasaan ini bisa muncul banyak
penyimpangannya.
Sebut saja salah satunya mudik lebaran jadi ajang pamer pakaian, perhiasan dan kendaraan, tujuannya biar dikatain keren gitu. Hal ini diakibatkan munculnya penyakit hati dimana ada rasa gak pengen kalah saing dari orang lain yang tampil lebih wah dengan barang-barang mereka.
Sebut saja salah satunya mudik lebaran jadi ajang pamer pakaian, perhiasan dan kendaraan, tujuannya biar dikatain keren gitu. Hal ini diakibatkan munculnya penyakit hati dimana ada rasa gak pengen kalah saing dari orang lain yang tampil lebih wah dengan barang-barang mereka.
Lebih parah lagi, ajang lebaran jadi
ajang gosip sesama keluarga, atau jadi ajang bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) yang bukan dengan
maksud memberi kebahagiaan terhadap sesama melainkan hanya ingin diakui hebat.
Sebenarnya semuanya tergantung kepada
pribadi masing-masing, godaan untuk melakukan hal-hal yang buruk pasti akan
selalu ada, tidak hanya di momen lebaran saja, namun yang terpenting adalah
apakah kita mampu untuk menahan semua godaan itu dan apakah niat pergi mudik
sudah benar-benar kuat untuk menyambung silaturahmi demi mengharapkan ridho
Allah SWT? Hanya diri sendiri yang mampu menjawabnya.
Jadi sebaiknya jangan pernah menjadikan
ajang mudik lebaran sebagai beban untuk harus tampil dengan serba mewah dan hebat, atau
harus memiliki dompet yang tebal dulu, jadikan ajang mudik sebagai ajang
kebahagiaan dengan harapan apa yang telah dikorbankan untuk bisa mudik akan
berbuah pahala dari Allah SWT.
Semoga kita semua selalu berada dalam
ranah kebaikan dan selalu dirahmati Allah SWT. Aamiin
Komentar
Posting Komentar