8 Perbedaan Penerbit Indie dan Mayor

penerbit-buku
Bagi mereka yang ingin sekali menerbitkan buku terutama untuk buku perdana terkadang sering bingung akan menerbitkannya di penerbit mana. Tak semua penerbit memiliki sistem yang sama dalam menerbitkan buku loh, sehingga kita perlu tahu jenis-jenis penerbit yang ada.

Secara garis besarnya penerbit itu dibedakan menjadi 2 jenis yakni Penerbit Indie dan Penerbit Mayor. Apa sih perbedaan diantara keduanya ?

1. Biaya
Kalau penerbit Indie itu ada yang berbayar dan ada juga yang gratis. Jika berbayar maka harganya berkisar Rp.300.000 sampai dengan Rp.1.000.000 bahkan ada yang sampai 3 jutaan sih. Kalau penerbit indie yang ngasih biaya terbit gratis itu biasanya penerbitnya baru berdiri alias mereka sedang ada promosi sehingga bisa memberi gratis demi nama penerbit bisa terkenal, atau ada juga yang memberikan biaya terbit gratis karena memang ingin berbagi dengan para penulis.

Kalau penerbit mayor, berbanding terbalik dengan penerbit indie. Di penerbit mayor, semua biaya ditanggung oleh penerbit dan penulis tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Jadi, penulis hanya menyiapkan tulisannya. Nah di sinilah enaknya ketika menerbitkan buku di penerbit mayor.

Aku pribadi merasa berat jika harus menerbitkan buku dengan membayarnya terlebih dahulu, khawatir aja gitu kalau bukunya ntar gak terjual semua. Tapi kalau berusaha menerbitkan ke penerbit mayor beratnya itu kalau harus menunggu lama. Wah gimana ini ya kok berat semua, hehe. Intinya sih mana yang lebih kita suka dan bisa aja deh ya.

2. ISBN
Menurut perpusnas.go.id ISBN atau International Standard Book Number adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit. 


Kalau penerbit indie yang sudah berpengalaman biasanya memiliki ISBN di setiap buku yang diterbitkannya, namun ada juga yang tidak memiliki entah karena tidak bisa mengurusnya atau lain sebagainya, karena memang untuk menerbitkan ISBN juga perlu biaya. Namun penerbit mayor sudah pasti memiliiki ISBN.

Bagiku ISBN ini sangat penting sebab dengan adanya ISBN itu berarti buku kita sudah terdaftar secara nasional dan tentu akan masuk di perpustakaan nasional.

3. Naskah
Penerbit indie biasanya menerima semua naskah, entah itu tulisan  bagus atau jelek sekalipun tetap saja diterima asalkan tidak mengandung SARA. Hal ini masuk akal sebab semua biaya penerbitan ditanggung oleh penulis sendiri, jadi tugas penerbit hanya mencetak sesuai pesanan.

Berbeda dengan penerbit mayor, tidak semua naskah diterima. Penerbit mayor melakukan seleksi naskah terlebih dahulu kecuali bagi penulis yang memang namanya sudah terkenal. Penerbit mayor betul-betul menyeleksi naskah dan hanya meloloskan naskah yang terbaik sebab mereka harus menimbang-nimbang dari sisi komersil. Penerbit mayor menanggung semua biaya cetak sehingga tentu mereka tak ingin rugi nantinya jika mengambil risiko dengan menerbitkan buku yang kecil kemungkinannya untuk diterima di pasaran.

4. Waktu
Waktu tunggu untuk menerbitkan naskah di penerbit indie relatif singkat, bahkan kita hanya perlu menunggu antrian cetak karena memang naskah tidak diseleksi. Beda halnya dengan menerbitkan buku di penerbit mayor dimana kita harus ekstra sabar sebab menunggu seleksi naskah saja di penerbit mayor bisa 1 sampai dengan 6 bulan lamanya, belum lagi antrian cetaknya. Di sinilah kesabaran penulis itu diuji.

5. Penyebaran
Di penerbit indie, penyebaran buku biasanya hanya melalui sosial media penerbit seperti website, instagram, facebook dan lain-lain. Di sinilah penulis harus ikut andil sebagai promotor bagi naskahnya sendiri agar naskah yang sudah dicetak bisa habis terjual.

Di penerbit mayor, penyebarannya ke seluruh toko buku besar di Indonesia seperti Gramedia, Toga Mas, Gunung Agung dan lain sebagainya. Itulah mengapa mereka disebut sebagai penerbit mayor atau penerbit besar.

6. Jumlah Cetakan
Kalau di penerbit indie, jumlah buku yang dicetak sesuai dengan pesanan penulis sendiri dan tentu hanya dalam jumlah kecil sebab buku hanya akan dijual secara online. Kalau di penerbit mayor, jumlah cetakan pertama tergantung keinginan penerbit, biasanya sejumlah 1000 samoai 3000 eksemplar dalam sekali cetak.

7. Kesuksesan Penjualan
Sebetulnya kesuksesan penjualanan itu juga tergantung dari penulis sendiri sebagai promotor. Karena banyak kok buku hasil terbitan penerbit indie namun bisa best seller dan laris di pasaran walau hanya dijual online, dan juga ada buku hasil terbitan penerbit mayor yang tidak laku di pasar meski sudah terpajang di banyak toko buku.

8. Royalti
Kalau menerbitkan buku di penerbit indie, royalti biasanya 15-25%. Bahkan jika buku dijual oleh penulis secara langsung, penulis tentu bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak. Berbeda dengan penerbit mayor yang royaltinya 10% udah gitu dipotong pajak 15%, namun walau di penerbit mayor royaltinya sedikit, buku bisa tersebar di seluruh Indonesia.

Baca Juga :
Book  Review : Dear Allah (Diana Febi)
Book Review : Cinta yang Tak Biasa (Natta Reza & Wardah Maulina)

Nah sekian perbedaan mendasar antara penerbit indie dan penerbit mayor. Kamu pilih mana?


*Tulisan ini diulas kembali dari materi sekolahmenulis.id oleh Mahestha Rastha Andaara

Komentar

  1. Kak gimana sih caranya supaya artikel kita bisa muncul ketika ada yang mencari tema serupa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, makasih ya udah mampir, saat menulis pastikan kamu gunakan label, banyakin labelnya juga gak apa-apa tapi masih harus senada dengan temanya ya. Untuk judul tulisan juga dipilih kata-kata yang banyak dicari. Biasanya akan muncul kok. :)

      Hapus
  2. Ouhhh jadi kalo penerbit indie royalti penulisnya ga dipotong pajak ya kak?

    BalasHapus
  3. Jadi paham deh sekarang, selama ini saya kira itu sama aja. terima kasih mba artikelnya.
    Lantai Vinyl

    BalasHapus

Posting Komentar

POPULAR POST