BENARKAH MASAK ITU TUGAS ISTRI? SETELAH MENIKAH AKU BARU MENGALAMINYA #SUAMIISTRIMASAK #SharingByVia
“Gimana mau jadi istri kalau
masak aja gak bisa, nanti suami mau makan apa?”
Kalimat di atas adalah kalimat
yang paling sering aku dengar dari orang yang telah melahirkanku ke dunia ini
yakni ibuku. Sejak kecil hingga dewasa ibu selalu memarahi ketika aku enggan
untuk membantunya di dapur. Ya. Bagiku memang pekerjaan di dapur itu sangat
melelahkan, enaknya tinggal makan aja. haha. Akibat begitu enggan di dapur, aku tak
memahami banyak hal, jadi wajar aja dulu Ibu selalu mengomeliku ketika aku tidak paham caranya menggiling cabe di cobekan dengan benar, atau aku tidak tahu apakah
ikan yang digoreng sudah matang atau belum.
Ketika itu di dapur, aku sering
kebagian pekerjaan mudahnya seperti menggoreng dan memasukkan masakan yang
sudah matang ke piring saji, sementara itu urusan meracik bumbu-bumbu dipegang oleh ibuku, aku
cukup memperhatikan walau kadang tak mengerti detail pekerjaanya, kata Ibu
memasak itu ada ilmunya, namun bagiku waktu itu ilmu memasak belum penting
untukku, bagiku yang penting saat itu adalah belajar dan belajar sehingga aku
berniat mempelajarinya ketika aku sudah menikah saat ilmu tersebut benar-benar
dibutuhkan.
Setelah dewasa, saat aku menginjak
bangku perkuliahan dan pergi merantau, aku tetap tidak pandai memasak dan tidak mengenal bumbu
dapur selain bawang merah, bawang putih, dan cabai. Karena itu, yang bisa aku
masak hanyalah sambal dan tumis sayur-sayuran. Sementara itu makanan dengan
bumbu yang cenderung banyak, aku belum bisa sama sekali.
Semua berlalu begitu saja sampai
saatnya aku sudah bekerja dan sudah terpikirkan untuk menikah, saat itu aku
makin sering diomeli, omelan Ibu makin menyeramkan, kira-kira seperti ini
“Nanti kalau gak bisa masak, bisa
ditinggal suami” atau yang ini lebih seram
“Nanti kalau gak bisa masak,
suami sering beli makan di luar rumah dan bisa kecantol sama orang di luar”
Ah. Masa sih?
Memang paradigma yang dipahami
ibuku sudah mendarah daging dari dulu, ini merupakan paradigma yang berkembang
di kebanyakan masyarakat Indonesia, bahwa seorang wanita jika sudah menikah
akan mengurusi dapur sepenuhnya, bahkan bukan hanya urusan dapur tapi termasuk
juga pakaian, kebersihan dan kerapian rumah dari ujung ke ujung, dari atap ke lantai,
semuanya diurusi istri, belum lagi urusan mendidik anak juga menjadi
tanggungjawab istri. Paradigma ini menempatkan para suami hanya sebagai pencari
nafkah, full hanya untuk mencari uang, suami boleh tak peduli apapun urusan di
rumah, suami hanya punya tanggungjawab penuh untuk mencukupi kebutuhan anak dan
istrinya.
Apakah paradigma ini benar?
Bagiku tidak, karena paradigma
ini telah membuat sosok Ayah menjadi sosok asing bagi keluarga, seperti ayahku. Karena tak pernah terlibat urusan mengurus anak, Ayah tak begitu dekat dengan
anak-anaknya, setiap anak-anaknya ada kebutuhan selalu meminta pada Ibu, setiap
anak sakit selalu Ibu yang mengobati, selalu Ibu yang memasak, selalu Ibu yang
mempersiapkan kebutuhan sekolah dari kecil hingga anak-anak dewasa. Aku adalah korban paradigma ini, aku tak begitu dekat dengan Ayah padahal Ayahlah sumber keuangan utama keluarga kami.
Selain itu, karena amat sangat
jarang berkecimpung di dapur, Ayah tak bisa memasak. Dulu Ayah hanya bisa
memasak mie instan menggunakan kayu bakar atau kompor dengan minyak tanah, namun
sejak kompor minyak diganti menjadi kompor gas, Ayah sudah tak pernah memasak
mie lagi. Padahal mie bikinan Ayah selalu lebih enak dari bikinan Ibu, mungkin
karena makanan Ayah jarang dibuat ya.
Aku menyaksikan ketidakikutsertaan Ayah di dapur membuat Ibu begitu kelelahan mengurus semuanya. Tapi ya bagaimana lagi, itu adalah paradigma yang telah melekat, Ibu yang juga menganut paradigma ini hanya bisa menerima dengan ikhlas sambil sesekali mengomel jika merasa terlalu lelah. Paradigma ini tak mampu mereka ubah bahkan sampai mereka masuk ke usia senja.
Namun sebenarnya bagaimana ya pandangan islam tentang ini?
Bagaimana Pandangan Islam Tentang Peran Suami Istri di Dapur? Benarkah
Memasak Hanya Tugas Istri?
Ustad Adi Hidayat dalam ceramahnya pada Minggu, 31 Oktober 2021, menjelaskan tentang kewajiban
para istri,
“Sebenarnya, tugas istri yang
paling pokok itu bukan masak. Ada dua tugas istri dalam Islam. Yang pertama
adalah menaati Allah melalui taat pada suami selama suami meminta suami yang
baik-baik, yang kedua adalah menjaga nama baik keluarga, khususnya suami, di
setiap kesempatan.”
Mengenai memasak dan pekerjaan
rumah yang lain, berdasarkan mahzab Syafi’iya, Hanabilah, dan sebagaian
Malikiyah berpendapat bahwa memasak bukan menjadi kewajiban istri.
Hal tersebut telah dijelaskan
dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah juz 29 yang berbunyi seperti berikut:
“Jumhur Ulama (Syafiiyyah,
Hanabilah dan sebagian Malikiyah) berpendapat bahwa tidak wajib bagi istri
membantu suamianya. Tetapi lebih baik jika melakukan seperti apa yang berlaku
(membantu).“
Sampai disini dapat kita
simpulkan bahwa tugas istri bukanlah
memasak. Namun bagaimana jika dalam masyarakat sudah tercipta paradigma yang
menyatakan seolah istri wajib memasak?
Dalam sumber lain, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Ada ulama yang menyatakan bahwa wajib bagi istri mengurus
pekerjaan rumah yang ringan. Sebagian ulama menyatakan bahwa yang wajib adalah
yang dianggap oleh urf (kebiasaan masyarakat). Pendapat yang terakhir inilah
yang lebih tepat. Hendaklah wanita mengurus pekerjaan rumah sesuai dengan yang
berlaku di masyarakatnya, itulah yang ia tunaikan pada suami. Ini semua akan
berbeda-beda tergantung kondisi. Orang badui dibanding orang kota tentu berbeda
dalam mengurus rumah. Begitu pula istri yang kuat dengan istri yang lemah
kondisinya berbeda pula dalam hal mengurus rumah.” (Disebutkan dalam Fatawa
Al Kubro)
Dari sini dapat disimpulkan bahwa semua itu tergantung dari budaya
sekitar, bagi masyarakat perkotaan, hal seperti ini sudah tidak jadi perdebatan lagi, banyak istri yang juga bertugas mencari nafkah maka adil jika suami ikut serta membantu membereskan rumah atau memasak di dapur. Namun bagi masyarakat desa, pendapat yang mewajibkan istri untuk memasak masih
sangat kuat. Menurutku, bagaimanapun kita tetap harus memiliki ilmu dasarnya
dari agama, terlepas jika teorinya berbeda dari pendapat masyarakat, kita tetap harus menghormati pendapat yang berkembang di masyarakat demi
menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat.
Bagi diriku sendiri, setelah melihat kejadian di keluargaku, aku jadi
sangat ingin memiliki suami yang bisa berkontribusi di dalam rumah tangga,
bukan hanya bisa mencari nafkah namun peran suami lebih besar dari sekadar
mengumpulkan rupiah, tugas suami juga mendidik istri dan anaknya serta ikut
serta membantu dalam urusan rumah tangga seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW.
Bagaimanapun aku cukup sadar
diri, walau aku tak menganut paradigma masayarakat pada umumnya, aku mencoba
untuk berpikir dengan akal sehat, sebab di pikiranku, tidak mungkin juga selamanya
cari makanan di luar, selain bisa boros pengeluaran, terkadang susah juga cari
makanan yang sesuai selera, apalagi makanan yang dijual ya itu-itu aja. Belum lagi makanan di luar rumah itu tidak bisa kita
kontrol bahan baku, bumbu yang dimasukkan dan juga kebersihannya. Lagipula jika
ibuku membeli makanan di luar terus menerus, apa yang kira-kira terjadi? mungkin aku tak
bisa sekolah karena uang sekolahku sudah habis untuk membeli makanan.
Sejak bekerja, aku pun sering
mencari menu makan siang yang hemat dan mengenyangkan. Setelah menjalaninya beberapa waktu tentu saja ada rasa
bosan untuk membeli terus menerus. Ohya apalagi jika punya anak, tak mungkin
anak diberikan makanan instan terus menerus sementara di tempatku tak ada yang
menjual makanan khusus bayi dan balita. Lagipula tidak mungkin juga kan anak yang
kita sayangi tak bisa kita beri makan dari masakan kita sendiri.
“Oh tidak, aku harus belajar”
pikirku waktu itu.
Semenjak itu aku mulai
memperhatikan pekerjaan ibuku di dapur dan mulai bertanya perihal bumbu-bumbu
dapur yang menurutku amat sangat ribet, kala itu aku masih susah membedakan
kunyit, jahe, kencur dan lengkuas. Ternyata untuk mengenali bumbu-bumbu itu lebih
dalam, kita tak bisa hanya mengetahuinya sekilas namun kita harus
mengeksekusinya sehingga kita paham bagaimana karakteristik bumbu-bumbu
tersebut, istilahnya berinteraksilah untuk mengenal lebih dalam.
Singkat cerita setelah aku menikah. Barulah aku mulai belajar lebih dalam tentang dunia masak-memasak. Alhamdulillah aku menemukan suami yang bersedia membantu di dapur, bahkan mau
memasak makanan untukku saat aku sakit. Saat aku kebingungan mau memasak apa,
suami mau menawarkan diri untuk membantu sehingga terjadilah kolaborasi di
dapur kami.
Makanan yang paling sering kami
masak berdua adalah Telur Dadar dan Nasi Goreng. Kedua jenis masakan ini yang
biasanya paling mudah dicari bahannya dan biasanya selalu ada di kulkas. Selain
itu kedua jenis makanan ini yang paling mungkin untuk dikreasikan dengan
berbagai bahan-bahan yang ada. Suamiku paling senang memasukkan bumbu-bumbu
yang kupikir kurang masuk akal dan tak pernah aku gunakan, misalnya saja
memasukkan kecap inggris ke telur dadar, tapi setelah makanan yang kami buat dengan
bahan yang amburadul tadi jadi, rasanya justru enak loh. Nah Bunda-Bunda di
rumah bisa mencoba 2 jenis masakan ini untuk dikreasikan bersama suami.
Disini aku akan bagikan resep telur
dadar dan nasi goreng yang biasa aku masak bersama suami
Resep Telur Dadar Kolaborasi #SuamiIstriMasak
Bahan Utama
-
2 butir telur, kalau 1 biasanya gak cukup
-
Bawang merah iris/dihaluskan
-
Bawang putih iris/dihaluskan
-
Cabe iris/dihaluskan
-
Minyak goreng
Bahan Opsional sesuka hati
-
Daun bawang iris
-
Daun seledri iris
-
Bakso
-
Sosis
-
Jamur kuping
-
Nugget
-
DLL Apapun yang kalian suka
Bumbu-Bumbu
-
Garam
-
Penyedap
-
Saus tiram
-
Kecap asin
-
Kecap manis ABC
-
Kecap inggris
-
DLL apapun yang kalian suka
Cara Memasak
-
Kocok lepas 2 butir telur, masukkan bumbu, bahan
utama dan bahan opsional, masukkan aja semuanya dan kocok merata
-
Panaskan wajan api sedang, goreng telur, bolak
balik jangan sampai gosong, siap disajikan dengan nasi panas dan saus sambal,
enak banget
Resep Nasi Goreng Kolaborasi #SuamiIstriMasak
Bahan-Bahan
- Nasi 2 piring
Bawang merah dihaluskan
-
Bawang putih dihaluskan
-
Cabai dihaluskan
-
1 butir telur
-
Minyak goreng
Bumbu-Bumbu
-
Garam / Kecap asin
-
Kecap inggris
-
Kecap manis ABC
-
Lada bubuk
Pelengkap
-
Wortel
-
Bakso
-
Sosis
-
Sawi
-
DLL sesuai selera
Cara Memasak
-
Menggunakan minyak goreng, tumis bawang merah,
bawang putih dan cabai yang sudah dihaluskan, setelah wangi masukkan telur,
orak arik telur
-
Masukkan pelengkap sesuai selera
- Masukkan juga bumbu-bumbu
Terakhir masukkan nasi, aduk-aduk sampai tercampur merata
- Nasi goreng siap disajikan
Ini contoh nasi goreng yang kami masak
Ohya jika Bunda mau resep
yang lebih ribet dan mengenyangkan serta bisa untuk berkali-kali makan,
kebetulan aku dan suami baru saja mencoba resep baru yakni Ayam Tahu Kecap
Pedas.
Ini dia resepnya
Bahan-Bahan
-
6 potong ayam (marinasi terlebih dahulu dengan
garam, bawang putih dan jahe)
-
4 buah tahu goreng, belah menjadi 2 bagian
-
½ buah bawang Bombay, Iris
-
Sejempol jahe, Iris tipis
-
1 buah cabai merah keriting, iris serong
- 7 Buah tomat
cherry atau boleh pakai tomat lainnya
-
2 lembar daun salam
-
1 batang sereh digeprek
Bumbu halus
-
4 siung bawang putih
-
10 buah cabai rawit merah
Perasa
-
Garam
-
Saus Tiram
-
Kecap Inggris
-
Kecap manis ABC
-
Kaldu jamur
Cara Memasak
-
Goreng ayam sampai berwarna kekuningan, jangan
sampai terlalu garing ya
-
Tumis bumbu halus sampai wangi, tambahkan bawang
Bombay, sereh, jahe dan daun salam
-
Masukkan air sedikit saja
-
Masukkan bumbu perasa. Koreksi rasa ya Bund
- Masukkan ayam yang sudah digoreng, bersama tomat cherry dan cabe iris agar hasilnya tampak lebih menggiurkan.
-
Terakhir masukkan tahu, t
Ohya jangan khawatir akan rasa masakan hasil kolaborasi bersama suami ya, karena ada peran serta Kecap ABC di setiap makanan yang kami masak. Kecap ABC mampu membuat masakan lebih kaya rasa sehingga disukai keluarga. Aku menggunakan kecap ABC sudah lama, kecap ABC memang cocok untuk dipadukan dengan makanan apapun
Ohya jika ingin tahu cara masak lebih jelas, aku udah buat video masak Ayam Tahu Kecap Pedas ini bersama suami. Jika bunda ingin lihat video masaknya, lihat di bawah ini ya..
Setelah menonton video di atas,
bagaimana pendapat bunda-bunda sekalian?
Setelah aku merasakan beberapa
kali masak bersama suami, ternyata #SuamiIstriMasak itu sangat menyenangkan loh
Bund.
Ohya rangkaian kampanye kegiatan #SuamiIstriMasak ini
ternyata sudah berlangsung sejak lama
loh Bund.
2018 = Kampanye diinisiasi
2019 = inisiasi
kampanye selama Hari Kesetaraan Perempuan
2020 =
Kolaborasi dengan platform edukasi untuk melibatkan anak-anak dalam kampanye
Hari Kesetaraan Perempuan
2021 = Kolaborasi
dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi
suami dan istri di dapur
Tulisan ini pun terinspirasi
dari video #SuamiIstriMasak Kecap ABC. Videonya ada di bawah ini,
Dampak Positif Kolaborasi Suami Istri di Dapur
Setelah melihat video #SuamiIstriMasak Kecap ABC, aku paham mengapa tidak banyak istri yang mau masak bersama suami, hal tersebut diantaranya karena biasanya suami masak bisa membuat dapur lebih berantakan, belum lagi paradigma yang beredar di masyarakat yang telah aku bahas di awal tulisan ini, paradigma tersebut seolah membatasi gerak suami di dapur, suami pun merasa lebih enggan berkarya di dapur. Padahal jika memasak dilakukan bersama-sama hasilkan akan menyenangkan.
Banyak juga loh dampak positif yang aku rasakan sejak berkolaborasi dengan suami di dapur. Diantaranya
1. Menjaga keharmonisan suami istri
Memasak di dapur membuat suami dan istri berperan masing-masing untuk saling membantu demi menyajikan hidangan yang sempurna. Ada banyak interaksi yang terjadi, hal ini tentu akan menambah chemistry yang ada diantara keduanya. Apalagi bagi aku dan suami yang belum memiliki anak, terkadang merasa sepi di rumah, memasak bersama seolah memberikan keseruan dan keriwehan tersendiri bagi kami. Ohya agar lebih romatis, jangan lupa makan sepiring berdua ya Bund, sambil suap-suapan lebih romantis, hehe.
2. Lebih hemat pengeluaran
Dibandingkan makan berdua ke restoran, memasak menu sederhana di rumah akan menghemat biaya pengeluaran rumah tangga. Semakin sering memasak semakin bagus ya Bund.
3. Skill baru bagi suami
Dengan sering memasak bersama istri, suami jadi memiliki skill baru yang amat sangat berguna bagi kehidupannya. Bayangkan jika misalnya istri sakit atau amat sibuk sehingga tidak bisa memasak, suami bisa menggunakan keahlian ini, rumah tangga pun tetap harmonis.
Cara Agar Memasak Bersama Suami Jadi Menyenangkan
Agar kegiatan masak memasak mendapatkan maafaat, ada tips nya nih bund
1. Bagi tugas dengan jelas.
Biasanya suami senang mengerjakan pekerjaan yang jelas harus dia kerjakan. Bunda bisa jelaskan apakah suami harus mengiris bahan, menghaluskan bumbu atau menempatkannya tanggungjawabnya di penggorengan. Nah jika suami sedang mengerjakannya, biarkan itu menjadi tanggungjawabnya, jangan terlalu dibuat sempurna, jangan hiasi keseruan ini dengan omelan yang tak penting, karena pasti ada saja hasil yang tidak sesuai keinginan Bunda, ingat yang dicari itu kebersamaannya, jadi jika hasil irisan suami tidak rapi, gak papa kok Bund.
2. Tanyakan bagaimana keinginan suami
Agar interaksi yang terjadi lebih intens, Bunda bisa tanyakan keinginan suami akan makanan yang ingin kalian masak, apakah makanannya akan dibuat rasa manis atau pedas, atau yang lainnya
3. Biarkan suami berkreasi
Jika suami ingin berkreasi biarkan saja Bund, itu artinya dia tertarik dan senang dengan aktivitas memasak bersama Bunda, barangkali akan tercipta menu baru yang lebih enak kan?
4. Santai dan menikmati momen
Tak perlu terburu-buru, nikmati masa-masa masak bersama selagi bisa. Keharmonisan keluarga itu kita yang jaga bukan orang lain kan.
Gimana, banyak banget kan manfaatnya, yuk para istri, jangan ragu, yuk memasak bersama suami.
Rujukan
https://islam.nu.or.id/nikah-keluarga/masak-dan-mencuci-bukan-kewajiban-istri-pJT2Y
https://rumaysho.com/8859-apakah-istri-wajib-bisa-masak.html
Komentar
Posting Komentar