Dari Bukan Siapa-Siapa, Menjadi Pahlawan untuk Segalanya
Manusia adalah makhluk sosial, tidak ada seorang pun manusia yang bisa hidup sendiri. Untuk bisa hadir di dunia ini, kita sudah terhubung dengan banyak manusia lainnya, kita membutuhkan perhatian, ketulusan, perjuangan dan kerja keras mereka. Kita dilahirkan dari rahim seorang wanita yang sebelumnya telah ditanam benih dari seseorang laki-laki, ya, itulah dua orang manusia pertama yang berkontribusi dalam hidup kita, merekalah yang disebut orang tua kita. Selain itu dalam proses persalinan agar bisa menghadirkan kita ke dunia ini dalam kondisi yang selamat, orang tua kita memerlukan orang lain lagi yang bertindak sebagai tenaga medis, jumlahnya pun tak hanya satu orang.
Ya, seperti itulah kita membutuhkan orang lain sejak pertama
kali menghirup oksigen di dunia. Setelah lahir, kita harus tetap hidup, kita
membutuhkan makanan dan minuman juga tempat tinggal untuk bertahan hidup.
Sebagai manusia yang baru lahir, kita belum bisa melakukan apapun selain hanya
bisa menerima apa yang diberikan oleh orang lain. Makanan serta tempat tinggal
yang kita peroleh untuk kehidupan selanjutnya adalah hasil dari pekerjaan
manusia lain sebelumnya.
Sudah berapa usia kita saat ini? Tentu sudah tak terhitung
berapa banyak jasa manusia-manusia lainnya yang berperan dalam hidupmu dan juga
hidupku. Mereka semuanya, orang-orang yang bekerja dan memberikan manfaat bagi
orang lain, mereka semua adalah pahlawan. Orang tua, keluarga, tetangga,
petani, tenaga kesehatan, guru, pegawai pemerintah maupun pegawai swasta,
semuanya berperan dalam hidup manusia lainnya, tenaga-tenaga mereka bermanfaat bagi sesama.
Makna Pahlawan
Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Adapun sifat-sifat yang dimiliki seorang pahlawan diantaranya keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, kekesatriaan. Dari berbagai sifat kepahlawanan tersebut, tanpa disadari
sebetulnya semua orang memilikinya dalam diri mereka masing-masing, hanya saja
mungkin sifat-sifat itu akan lebih tampak dan mudah dirasakan oleh orang-orang
terdekat.
Misalnya saja, pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro, dikatakan pahlawan bagi Negara karena sifat-sifat kepahlawanannya itu diberikan totalitas pada kemakmuran Negara, karena itulah Negara yang merasakan dampaknya. Begitu pula seorang pahlawan wanita misalnya RA. Kartini yang mengabdikan sifat-sifat kepahlawanannya pada kemakmuran kaumnya yakni kaum wanita maka seluruh wanita di Indonesia kini merasakan dampaknya.
Karena kuatnya dampak yang dirasakan, maka tak heran jika
ditanya pada seseorang “Siapakah Pahlawanmu?”, jawabannya pasti tak jauh dari
orang yang paling dekat dengan dirinya, orang yang memberikan jasa serta
sifat-sifat kepahlawanan untuk dirinya. Kepahlawanan adalah sifat mulia yang
turun temurun akan terus ada sampai akhir hayat kita. Saat meninggalkan dunia
ini nanti, kita masih membutuhkan pahlawan yang akan mengurusi kita sampai di
peristirahatan terakhir.
Pahlawan Bagiku
Banyak orang yang menjadi pahlawan bagiku, namun jika aku
harus menunjuk satu orang yang menjadi pahlawan di antara semua pahlawan,
dialah orang yang paling dekat denganku, hidup denganku, berbagai suka, canda
serta cerita denganku. Dialah rumah untukku pulang, dialah suamiku.
Tentang Pahlawanku. Dari Bukan Siapa-Siapa menjadi Pahlawan untuk Segalanya
Dia bukan siapa-siapa, aku sama sekali tak mengenalinya dan
mengetahui kehadirannya di dunia ini hingga umurku menginjak dua puluh empat
tahun. Kala itu di Tahun 2019 aku sudah selesai menempuh pendidikan dan sudah
bisa menghasilkan uang untuk diriku sendiri. Sampai suatu ketika dia datang
sebagai orang baru yang berkerja di instansi tempatku bekerja namun kami di divisi yang berbeda.
Waktu berlalu beberapa bulan saja untuk kami saling mengenal
sebagai rekan kerja, kami bekerja sesuai dengan porsi pekerjaan masing-masing
serta berkomunikasi sesuai dengan jalur komunikasi pekerjaan kami. Dia orang
yang ramah pada semua orang yang ditemuinya, senang bercanda dan juga sering
membantu orang lain. Aku pun pernah meminta bantuan kepadanya ketika komputer
kerjaku mengalami masalah akibat virus yang menjangkiti, lalu dia berhasil
mengatasinya.
Singkat cerita, aku juga tak menyangka ternyata kami
merasakan kecocokan yang lebih jauh dari sekedar hubungan rekan kerja. Waktu 4
bulan dirasa sudah cukup untuk mengenal, kami memutuskan untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih jauh. Ternyata semesta mendukung kami sebab kedua orangtua kami
sama-sama menyetujui. Tak lama setelah itu kami sampai ke tahap yang mengikat,
yakni diikat oleh prosesi lamaran. Semua dibuat cepat untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Tak ada yang menyangka orang asing itu sebentar lagi akan
menjadi orang yang penting dalam hidupku. Masih ada waktu kurang lebih 2 bulan
untuk kami menyiapkan segala sesuatunya, namun kami tak punya waktu untuk
semakin mendalami karakter masing-masing sebab waktu 2 bulan terlalu singkat
untuk menyiapkan sebuah prosesi yang besar dan sakral itu, tentu saja karna aku
sudah mulai disibukkan dengan diskusi keluarga dan juga mempersiapkan segala
sesuatunya.
Semuanya kami serahkan pada Allah SWT, jika Allah merestui
perjalanan kami maka pasti jalannya akan mudah.
Pada kenyataanya, perjalanan tidak selalu mudah, ada saja
proses sulit yang kami lalui dimulai dari jarak keluarga dia dan keluargaku
yang berbeda pulau serta perbedaan keinginan diantara kedua keluarga, serta
hal-hal lainnya namun Alhamdulillah semuanya berhasil dilalui. Tahun 2020
adalah tahun bersejarah itu. Pahlawan terbaikku sebelumnya adalah kedua
orangtuaku, kini atas aturan Allah SWT, orangtuaku menumpahkan semua
tanggungjawab kepada suamiku, hanya butuh waktu 7 bulan untuk orang asing yang
bukan siapa-siapa itu menjadi suamiku.
Haru bercampur khawatir. Haru sebab saat itu aku sudah memiliki pendamping hidup, khawatir apakah beliau benar-benar bisa menjadi pahlawanku, pahlawan yang memang memiliki sifat-sifat kepahlawan yaitu keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Karena cukup banyak lelaki yang berpredikat sebagai suami namun tak bisa menjadi pahlawan bagi keluarganya.
Pahlawan untuk
Segalanya
2 tahun berlalu, tentu sudah banyak hal yang kami lalui
bersama-sama, Alhamdulillah pahlawanku masih orang yang sama. Hal-hal yang kami
lalui semakin mendewasakan kami dan membuat kami semakin mengerti akan pribadi
masing-masing. Sebetulnya sampai saat ini kami masih terus didewasakan oleh
keadaan demi keadaan. Misalnya saja pada keadaan-keadaan berikut :
Kehilangan Pekerjaan
Aku pun juga sudah mengundurkan diri dari pekerjaanku sebelumnya dan memilih untuk di rumah saja, tentu saja aku menjadi beban finansial bagi suamiku namun ia tak menganggapku sebagai beban, ia tetap tenang memintaku di rumah sambil mendukungku membuka bisnis kecil-kecilan di rumah.
Finansial yang Belum Stabil
Di usia pernikahan yang masih relatif muda, secara finansial memang kami belum bisa dikatakan mapan. Kami masih belum bisa mewujudkan semua hal yang kami inginkan. Namun kami sadar tak semua jalan hidup manusia itu sama. Jika kami terus membandingkan hidup kami dengan mereka yang selalu berkecukupan sejak lahir serta sudah mapan, tentu kami bukan apa-apa. Tapi jika kami membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat punya masalah yang lebih besar, ternyata kami masih cukup beruntung. Suamiku selalu mengajariku untuk bersyukur serta mengajakku untuk lebih menikmati hidup. Apa gunanya harta yang banyak jika kita tak bisa mendatangkan kebahagiaan dan keberkahan di hidup kita?
Belum lagi aku mendengar begitu banyak kasus perceraian yang dipicu oleh konflik ekonomi dalam rumah tangga, sementara itu tak sedikit juga yang bilang bahwa awal-awal perjalanan rumah tangga memang akan diuji dengan permasalahan finansial. Ya, banyak mendengar membuatku banyak berpikir serta banyak-banyak belajar untuk sabar.
Belum Dikaruniai Anak
Harapan untuk Pahlawanku
Harapanku untuk pahlawanku adalah semoga dia tetap menjadi pahlawan
bagiku hingga nanti, sebab kapal rumah tangga yang kami bangun ini baru saja berlayar, kami masih membutuhkan nahkoda yang berani dan pantang menyerah untuk menjalankan kapal ini sampai pada tujuan yang sama-sama kami inginkan. Perjalanan ini masih
panjang, tentu akan ada badai-badai di depan sana. Aku harap kami bisa
melewatinya bersama-sama.
Jika aku memiliki banyak harta tentu aku ingin memberikan
apapun yang pahlawanku inginkan serta apapun yang ingin aku beri untuk
mengapresiasi kebaikan pahlawanku. Namun pada hakikatnya aku sadar bukan itu
yang harus menjadi sebab kebahagiaan bagi kami. Rumah yang megah akan lenyap
diterjang badai, baju yang mewah akan lusuh setelah dipakai, makanan yang enak
akan hilang setelah dimakan. Ada hal yang lebih istimewa dan bisa bertahan
hingga selamanya yakni kekayaan yang berasal dari hati. Itulah cinta, kasih
sayang dan kesetiaan yang bersemi dalam kehidupan rumah tangga. Itulah hal Super dan
hal terbaik yang ingin aku berikan pada pahlawanku.
hal-hal kecil dan istimewa tentu juga akan sangat berarti, misalnya bingkisan spesial dari Aplikasi Super yang berisi beragam benda untuk menunjang pekerjaannya seperti jaket yang tebal, sepatu yang nyaman atau helm yang safety. Semoga rezekimu di sini ya Pahlawanku. :)
Komentar
Posting Komentar