Cerpen : Budi dan Internetnya
“Bund… Bund… kenapa Ayah belum
pulang juga?”
Seorang anak laki-laki menarik
daster ibunya namun wanita yang dipanggil Bunda itu tetap tak menghiraukan.
Hari ini sudah tiga kali Budi menarik daster, seperti itulah kebiasaan Budi
ketika ingin berbicara pada ibunya.
“Karena pekerjaan Ayah belum
selesai Bud” jawab Sumini pada anak semata wayangnya itu. “Kamu enggak lihat ya
kalau Bunda ini lagi sibuk banget, kamu bisa jangan ganggu Bunda gak?” pinta
Sumini dengan tangan yang tengah memoles margarin ke loyang-loyang kue. Suara
Sumini mulai meninggi karena sudah merasa terganggu dengan pertanyaan berulang
anaknya.
Budi mengerti jawaban ibunya.
Budi sudah kelas 3 SD sehingga sudah cukup memahami kesibukan ibunya, ia juga cukup
tahu kesibukan Ayahnya yang merupakan seorang marketing di sebuah perusahaan
penjual barang-barang elektronik. Ayahnya setiap hari bepergian jauh dengan
alasan untuk memasarkan produk perusahaannya.
‘Kalau Ayah perginya jauh dan lama berarti Ayah akan dapat uang yang
banyak’ itulah yang diingat Budi setiap kali Ayahnya akan meninggalkan
rumah pagi-pagi sekali. Memang betul, Ayahnya akan pulang malam sekali dengan
membawa makanan juga mainan untuk Budi. Namun kali ini ada yang mengganjal di
hati Budi, hal itulah yang membuatnya menanyakan kepulangan Ayahnya beberapa
kali pada ibunya.
“Tapi Bund,”
“Tapi apa? Duh Budi, nanti
kue-kue Bunda gak selesai, udah mau diambil customer
nih,” omel Sumini
“i.. iya Bund” balas Budi.
“Udah kamu main laptop aja sana,
kan udah pakai wifi, kamu bisa main sepuasnya, udah jangan ganggu Bunda” kali
ini kue-kue Sumini sudah banyak yang selesai, Sumini memasukkannya ke dalam plastik
mika dengan berbagai bentuk.
Sejak di PHK sebulan yang lalu,
Sumini memutar otak untuk bisa mempertahankan keuangan keluarganya. Ketika itu
Sumini sempat melamar pekerjaan di berbagai tempat namun lamarannya selalu
ditolak. Setelah lama tak juga diterima bekerja di tempat lain, Sumini nekat
membuat kue dengan meniru resep dari internet. Tak disangka banyak teman dan
saudara yang mendukungnya berjualan kue dengan cara membeli kue-kue bikinan
Sumini.
Tak dipungkiri hasil berjualan
kue cukup membantu keuangan keluarganya. Hasil dari berjualan kue yang sedikit
demi sedikit bertambah besar akhirnya cukup untuk memutus kekhawatirannya akan kebutuhan
keluarga yang tak terpenuhi, apalagi pekerjaan suaminya sebagai marketing yang
tak bisa diprediksi, kadang dalam sebulan suaminya bisa menghasilkan banyak
namun bisa juga sangat sedikit. Sementara itu pengeluaran rutin rumah tangga
seperti listrik, air, sewa rumah harus terus dibayar tambah lagi sejak pandemi
covid-19 mereka berlangganan wifi IndiHome sebab Budi terus belajar online dari rumah .
Untungnya Sumini berlangganan Internet Keluarga IndiHome dari Telkom
Group yang jumlah tagihannya sangat bersahabat. IndiHome memang Internetnya
Indonesia karena menjangkau jauh ke seluruh wilayah Indonesia, Karena itulah
Sumini juga merekomendasikan saudara-saudaranya yang jauh untuk menggunakan
internet IndiHome agar mereka bisa saling terhubung dengan Cerita Tanpa Batas.
Budi sudah diusir oleh ibunya
untuk ketiga kalinya dari dapur, namun kali ini Budi tak beranjak pergi sebab
ia masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Kedua bola matanya terus
menatap kesibukan ibunya. Kue-kue sudah di tahap finishing, sudah cantik, wangi dan dikemas ke dalam plastik untuk
dibawa oleh pemesan. Ada kue donat aneka topping,
kue brownies, bolu panggang, bolu kukus dan lain-lain. Sebagian besar kue
tersebut pesanan dari tetangganya.
Sumini yang merasa aneh dengan
sikap anaknya, memalingkan wajahnya dari kue-kue cantiknya.
“Ada apa sih Bud?” tanyanya
“Hemm.. itu Bunda, tadi kan Budi
buka akun sosmed Ayah, Budi lihat ada post
foto seorang wanita, itu sudah beberapa hari ini.”
“Hah?” Sumini mengerutkan
keningnya, pernyataan anaknya berhasil mengalihkan perhatiannya “Kamu kenal itu
siapa?” Tanya Sumini.
“Enggak Bund” jawab Budi.
“Mana sini Bunda lihat” Sumini
meninggalkan dapurnya langsung menuju ke kamar Budi dimana laptop Budi terletak.
Budi memperlihatkan foto-foto yang diposting sebagai status tersebut. Mata
sumini terbelalak. Ada sebuah kata yang mengiringi foto tersebut, ‘wanitaku’
Budi terdiam sekaligus merasa
bersalah namun semua sudah terlanjur.
“Budi” Panggil ibunya.
“Ya Bund”
“Kamu tahu itu siapa?”
“Tidak Bund” Budi menggeleng.
“Itu Bunda, Bud…. Itu saya….”
Tangan Sumini menekan dadanya berkali-kali “Itu foto Bunda waktu masih kuliah”
“Hah. Astaghfirullah, berarti
sekarang Bunda sudah tua”
“Astaghfirullah iya Bunda sudah tua.
Sudah kamu tak usah main laptop lagi”
Sumini menutup laptop Budi,
mengambilnya dan membawanya ke dapur.
[Cerpen Indihome]
Komentar
Posting Komentar